Rabu, 09 Maret 2016

Inilah Derita Para Penonton Bayaran Yang Perlu Kamu Tau

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya saat memutuskan untuk menjadi penonton bayaran atau yangs seting disebut penonton alay di banyak acara televisi. Banyak orang yang jauh merantau dari kampung halamannya hanya untuk bekerja, dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan membuat orang menyanggupi untuk menjadi penonton bayaran di televisi.




Saat ditanya pekerjaannya? Mereka mengaku kalau menjadi pegawai di stasiun televisi karena merasa malu dengan identitasnya sebagai “penonton bayaran” dan menutupi hal itu dari keluarganya.



Seorang penonton bayaran mengungkapkan pengakuan bohongnya karena ia malu kepada orang tuanya kalau ia hanyalah penonton bayaran di televisi.



“AKU BILANGNYA KEMARIN ITU, ‘YA, MA, AKU DITERIMA DI SUATU TV.’ MEREKA TAHUNYA AKU MASUK KE TELEVISI-TELEVISI ITU BUKAN PENONTON,”




“KATANYA KE JAKARTA KERJA, MASA CUMA JADI ALAY,”


Ada yang sekadar ingin menonton artis sekaligus mendapat bayaran. Yang lain mengandalkan bayaran dari agen atau koordinator penonton untuk menyambung hidup. Selain itu banyak orang orang yang hanya memiliki ijasah sekolah dasar yang kesulitan mencari pekerjaan akhirnya menjadi penonton bayaran seperti ini



“YA GIMANA, DARIPADA JADI PENGANGGURAN,”


Salah seorang penonton bayaran bernama Deden mengatakan kalau ia diajak oleh bibinya untuk menjadi penonton bayaran. Susahnya mencari kerja membuat ia menyanggupi bayaran Rp. 60.000 per hari. Ia bahkan memilih indekos bersama seorang temannya untuk menghemat pengeluaran. Pendapatan yang ia dapatkan hanya bisa untuk menyambung hidup dan ia tidak bisa berbuat apa apa lagi


“PENGIN SIH CARI KERJA LAIN, TAPI MENTOK DI IJAZAH,”


Berbohong supaya orang tua tidak kecewa


Annisa, seorang penonton bayaran yang mendapatkan bayaran lebih baik dari deden mengatakan kalau ia mendapatkan “pekerjaan” ini dari sebuah iklan koran. Ia langsung diterima setelah menghubungi pemasang iklan. Ia terpaksa berbohong karena sulitnya mencari kerja di Jakarta, dan orang tuanya selama ini tahunya ia bekerja di stasiun televisi bukan sebagai penonton bayaran.


“GIMANA LAGI, BOHONG LAGI. AKU TAKUTNYA MAMA KECEWA,”


Ia sudah berusaha untuk mencari pekerjaan di tempat lain tapi belum membuahkan hasil. Mau tidak mau ia meneruskan pekerjaannya menjadi penonton bayaran, tapi ia tidak bisa menyembunyikan keinginannya untuk menjadi seorang pekerja dengan kemampuan yang dimilikinya. Entah kapan keinginan ini bisa terwujud



“JANGAN DITERUSIN (JADI ‘PENONTON ALAY’). AKU PENGIN KERJA YANG NYAMAN DAN ENGGAK NGEBOHONGIN ORANGTUA LAGI, BISA KASIH UANG KE ORANGTUA,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar